KELURAHAN KUNCEN DARI MASA KE MASA

KUNCEN adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Taman, Kota Madiun, Provinsi Jawa Timur. Merupakan kelurahan terkecil di Kota Madiun dengan memiliki hanya 9 RT dan 4 RW. Di kelurahan ini terdapat salah satu peninggalan sejarah, yaitu Masjid Kuno Kuncen. Dan agar tidak tertinggal dengan kelurahan – kelurahan lainnya di Kota Madiun, Kelurahan Kuncen berbenah dan membangun lingkungan dan masyarakatnya dengan tagline Harmony Of Cultural & Religious Wisdom.

Masjid Kuno Nur Hidayatullah Kuncen

Mengangkat perpaduan kultur budaya, sejarah dan agama yang berjalan beriringan sehingga tercipta sebuah harmoni. Terkenal dengan Masjid Kuno Nur Hidayatullah yang setiap hari dan hari hari tertentu cukup banyak kunjungan dari jamaah lokal maupun luar kota yang ingin beribadah di masjid kuno, terdapat pula Makam Bupati Bupati Madiun di awal masa berdirinya pemerintahan Madiun : Ki Ageng Panembahan Ronggo Jumeno, Bupati Mangkunegara I, Patih Wonosari dan para Bupati Madiun lainnya yang merupakan pahlawan-pahlawan pendiri Kota Madiun. (rhp1603).

Kuncen merupakan daerah perdikan atau daerah yang bebas pajak Kerajaan Mataram. Pada zaman dahulu, kiai yang merawat areal makam sekaligus bertindak sebagai kepala desa. Ia diberi kebebasan mengelola daerah di sekitar area makam dan masjid.

Kiai yang pertama kali berkuasa di Desa Perdikan Kuncen adalah Kiai Grubug. Ia merupakan guru dalam ilmu agama Islam yang bertugas mengelola masjid dan makam yang berada dalam satu kompleks. Berdasarkan data Pemerintah Kota (Pemkot) Madiun, hingga 2019 ada 14 kiai yang pernah berkuasa di Desa Perdikan Kuncen. Secara berurutan para kiai tersebut adalah Kiai Grubug, Kiai Semin I3, Kiai Semin II4, Kiai Semin III5, Kiai Semin IV6, Kiai Djodo 7, Kiai Muhammad Ngarib 8. Selanjutnya, Kiai Kasan Basari, Kiai Muhammad Mardo, Kiai Muhammad Mardi, Kiai Darsono, Kiai Sutopo, Kiai Karsono, dan Kiai Kentjono.

Masjid Kuno Kuncen merupakan salah satu masjid tertua di Kota Madiun dan mengandung nilai sejarah tinggi. Pasalnya, selain bangunan masjid dan artefak peninggalan kerajaan terdahulu, ada pula makam para Bupati Madiun, serta sendang dan pohon besar yang diyakini sebagai asal usul Kota Madiun.

Pada masa pemerintahan Ki Ageng Reksogati dan Pangeran Timur, nama Madiun belum ada. Dulu, daerah ini disebut Kadipaten Puroboyo.

Sementara itu, ada banyak versi mengenai asal-usul kata Madiun. Pertama, kata Madiun merupakan gabungan dari kata “medi” (hantu) dan “ayun-ayun” (berayunan). Dikisahkan, saat Ki Mpu Umyang bersemedi untuk membuat sebilah keris di sendang panguripan di daerah Wonosari (sekarang Kuncen), ia diganggu genderuwo yang berayun-ayun di pinggir sendang. Oleh karena itu, keris tersebut kemudian diberi nama Tundung Mediun.

Kedua, kata Madiun disebut berasal dari “Mbedi” (sendang) dan “ayun-ayunan” (perang tanding) yakni perang antara prajutit Mediun yang dipimpin Retno Djumilah di sekitar sendang. Sampai sekarang, kata Mbediun masih lazim diucapkan oleh masyarakat, terutama di wilayah Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur.